Populer Music :
Home » » Carlos Santana

Carlos Santana

Kamis, 13 Juni 2013 | 0 komentar

Carlos Santana atau Santana adalah musisi kelahiran Mexico tahun 1942. Pada masa mudanya ia bermuhibah ke Amerika. Ia sudah mengenal blues sejak ia masih di Mexico. Pada awal karirnya, sekitar tahun 60 an ,di Amerika ia sempat membentuk Santana Blues Band. Namun ia melihat ada Mike Bloomfield, Eric Clapton, dan Peter Green yang ia rasa tak mungkin ia lampaui. Ia kemudian mencari arah lain,  hingga ia menemukan bahwa bermain musik adalah semacam jalan hidup. Ia bergaul dan bekerja sama dengan banyak musisi dari berbagai macam genre. Menunjukan bahwa dia adalah seorang musisi dengan pikiran yang terbuka.
Onestopblues menemukan  (artikel) wawancara yang menarik dari majalah Down Beat, edisi Februari 1988. Santana bicara al tentang musik blues, tentang good music, tentang musik 60’s dan tingkat apresiasi orang Amerika dibandingkan dengan tingkat apresiasi orang diluar Amerika terutama di Jepang dan Eropa. Berikut adalah cuplikan wawancaranya yang dituturkan pada James Schaffer dari Down Beat, mudah-mudahan bermanfaat…

Bisa anda katakan siapa saja pemusik yang memberi pengaruh pada awal-awal karir anda

Ketika saya tiba di Amerika pada tahun 1966, saya berkesempatan menyaksikan BB King. Itu adalah pertama kali saya melihat BB. Saya melihat tone diwajahnya, sebelum ia memainkan satu nadapun, ia nampak memiliki cara untuk diekspresikan lewat wajahnya sebelum ia memainkan suatu nada yang akan ia mainkan. Belakangan pada tahun 1969, adalah tahun dimana saya mulai berkenalan dengan musik John Coltrane. Dari situlah semuanya berubah. Namun sebelum sampai pada John Coltrane, saya juga menyukai Mike Bloomfield dan Eric Clapton. Saya juga menyukai ketiga King, BB King, Freddie King dan Albert King. Kemudian saya juga mendengar Gabor Zabo kemudian West Montgomery. Sejak saat itu  rasanya saya sedang dalam perjalanan untuk menemukan jati diri permainan saya.
Mike bloomfield

Mike Bloomfield




Singkatnya untuk urusan bermain gitar orang-orang yang saya sebut di atas adalah orang-orang yang memberi pengaruh penting pada permainan saya. Namun jika bicara musik sebagai filosofi kehidupan, John Coltranelah orangnya. Karena tonenya dan apa yang ia katakan dan bagaimana cara ia berkata membuat saya tersadarkan bahwa saya bukanlah musisi akhir pekan. Saya bukanlah tipe musisi penghibur—bermain musik bagi saya bukanlah pekerjaan. Dengan kata lain bermain musik seperti jalan kehidupan. Ia mengajarkan pada saya bagaimana membuat perkembangan spiritual. Itu akan segera bisa terlihat dalam alat musik kita, dalam vocabulary kita, dalam tone kita. Ia membuat saya tertarik pad filosofi Timur seperti halnya juga pada agama Kristen, dimana kita tidak mempunyai jarak lagi. Hanya kamu dan Aku. Oleh karena itu saya pikir John Coltrane—dan Aretha Franklin dengan album Amazing Grace nya-mengajarkan pada saya bahwa ada sesuatu daripada sekedar bermain musik. Musik bukanlah main-main—musik adalah vocabulary yang sangat serius—bahasa yang sangat serius, bahasa yang universal.

Sekarang saya berada dalam satu titik dimana saya sangat berkeinginan untuk belajar lebih banyak tentang bebop,  theory maupun perubahan-perubahannya (changes). Mengapa (Thelious) Monk memainkan hal-hal tertentu dengan cara ini, sedangkan Bill Evans bermainke arah lain. Bagaimana bisa secara tiba-tiba ketika kita mendengar suatu chord, jari-jari tangan kita seperti sudah tahu harus pergi kemana. Sepertinya jari-jari tangan kita mempunyai, seperti kata Shirley McLaine “otot-otot yang memiliki ingatan tersendiri”. Einsten pernah berkata : “Imaginasi adalah hal yang paling penting, jauh lebih penting dari pengetahuan.”

Saya kira ini membuat kita balik ke blues lagi. Itulah sebabnya mengapa saya mencintai blues dan musik reggae. Begitu kita mendengar musik reggae, dalam pikiran kita segera terlintas- saya berada di To bego, Montego Bay, atau tempat-tempat lain seperti itu dan saya merasa ada di sana. Ketika saya mendengar blues saya merasa ada di rumah, apakah itu dimainkan oleh John Coltrane atau Herbie Hancock atau siapapun. Blues bagi saya adalah sesuatu yang tak akan pernah usang. Cara memainkan blues sesungguhnya adalah makin lambat makin berjiwa. Jika kita bisa memainkan blues dengan lambat dan berjiwa, itu artinya kita bisa bermain blues. Jika tidak, well kita sedang memamerkan keahlian kita berakrobat. Kita punya begitu banyak riff dan lick yang bagus, juga trick dan hal-hal lain, namun itu tak ubahnya seperti botol kosong, tak ada apa-apa didalamnya. Bagi saya itulah kriteria penjiwaan, ketika seseorang bermain lambat dan lembut. Hal seperti inilah yang membuat saya angkat topi daripada mendengar jutaan nada yang dimainkan oleh seseorang.



ketika tenggelam dalam permainan.......

ketika tenggelam dalam permainan.......

Charlie Parker dan John Coltrane melakukan hal itu. Keduanya memang berada dalam wilayah yang berbeda. Namun keduanya melakukan hal yang sama. Ini seperti halnya petinju. Ketika seseorang memukul kita dengan 20000 pukulan tapi sangat cepat pulang perginya, dampaknya tidak akan kita rasakan. Namun jika orang tersebut memukul kita sekali tapi dengan penuh perasaan dan kesungguhan, ia hanya perlu satu kali untuk membuat kita jatuh. Teorinya kurang lebih seperti itu. Seberapa dalam kita bisa masuk dalam jiwa kita ketika kita memainkan suatu nada. Bagi saya, saya sangat berhasrat untuk belajar makin banyak skala (learn about different kinds of scale). Vocabularylah yang saya gunakan, maka saya harus menguasai sebanyak-banyaknya. Jika tidak, maka sama saja halnya dengan orang yang pergi ke kolam renang dan meloncat dengan cara yang sama setiap saat. Membosankan tentunya. Mengapa saya memakai perumpamaan kolam renang? Maksudnya adalah , bagaimana kita bisa menyelam dan menjadi basah secara berbeda setiap saat dan membawa dan membawa siapa saja yang mendengar kita bersama kita. Oleh karenanya bagi saya semua hal yang saya katakan tadi adalah penting.

Banyak mendengarkan karya Wayne (Shorter), dan band barunya, saya merasa seperti anak berusia dua tahun, sepertinya saya tak tahu apa-apa. Kenudian Miles (Davis) datang dengan membawa rekaman audio (tape) dari pertunjukan yang ia lakukan di Boston sekitar enam atau tujuh hari sebelumnya, dan sungguh luar biasa melihat bagaimana melihat orang-orang seperti mereka terus berkembang. Mereka sepertinya berkembang tiap detik. Suatu hal yang menarik, karena disatu sisi ini bisa dikatakan natural namun disisi lain ini nampak seperti tak berperasaan, karena sepertinya mereka tak akan sempat menengok ke belakang dan mengkaji apa yang pernah terjadi. Mereka terus bergerak ke depan, sehingga mereka sama sekali tak memiliki waktu untuk sekali-kali mengkaji segala sesuatu sampai suatu saat ada orang yang berkata “Hey ini adalah kaset rekaman pertunjukan yang kamu lakukan tiga bulan yang lalu. Kamu harus mendengarkannya” Saya tahu hal seperti terjadi pada banyak musisi, namun ini adalah suatu masalah yang utama untuk membuat pembaharuan.

Itulah yang selalu diingatkan oleh Wayne, Miles dan Herbie pada kita. Sebagai musisi kita tak boleh stagnan. Meskipun ada yang menganugerahi kita piringan platinum, itu tetaplah hanya sekedar piringan, sebuah benda, kita harus mengabaikan itu. Itulah keindahannya. Seperti halnya saat kita bermain musik bersama Faboulous Thunderbirds, John Coltrane atau John Lee Hooker kita akan menyadari bahwa, permainan kita yang dimainkan bersama si A belum tentu cocok jika dimainkan dengan si B. Bahasa musik begitu indah.

Setahu saya ada masalah dengan chesmestry dalam membentuk sebuah grup band. Saat ini anda tercatat pernah membentuk 35 band. Menurut anda sendiri sejauh mana pentingnya aspek Chemestry ini ? Disaat anda memilih seorang pemain band apakah anda berkata saya menginginkan pemain ini.

Hal yang paling penting, lagi-lagi belajar dari Herbie, Wayne dan Miles bahwa musisi yang mereka ajak bergabung biasanya adalah orang-orang yang mempercayai apa yang mereka tulis untuk dimainkan oleh musisi tersebut. Meskipun mereka tidak menulis tiap nada, tapi mereka menulis semacam guideline dan banyak musisi yang merefleksikan pribadinya dalam musik mereka. Jika kita ternyata menemukan orang yang tidak cocok, yang akan mengabaikan aransemen yang kita bikin atau mau ngadu otot, kita segera akan tahu. Milles berkata bahwa ia bisa menilai orang dari cara orang itu berjalan atau berpakaian. Saya, menilai orang dari melihat matanya atau dari cara bicaranya. Jika orang berpikiran bagus, biasanya berkatanya juga bagus. Oleh karenanya saya berusaha untuk mengajak musisi yang bisa saya teropong visinya, bisa saya teropong misinya, atau gaya hidupnya yang bisa memperkaya dan melengkapi atau menyempurnakan apa yang hendak kita ungkapan dan bagaimana cara pengungkapannya. Misalnya seorang drumer, beat pertama disebelah sini, beat berikutnya di sebelah sana. Beberapa orang bermain di belakang, beberapa orang di tengah, beberapa orang di depan. Semua itu tergantung kearah mana yang kita inginkan. Kadang-kadang kita bisa mendapatkan semua ini dari seorang drumer, namun adakalanya juga tidak, karena orang tersebut bermain dengan gaya spesifik. Oleh karenanya saya harus belajar untuk bisa mendapatkan orang yang punya identitas dalam bermain, tapi ia juga punya keluwesan. Saya masih bisa bertanya, misalnya jika saya butuh pemain bas, Apakah anda bisa bermain bas mulai dari gaya Paul Chamber hingga Paul McCartney ? Hal ini sangat penting bagi saya, karena saya tidak hanya memainkan satu idiom musik. Band saya bermain selama dua jam, dan kami berusaha untuk memainkan reggae, Afro, latin, jazz atau apa saja boleh anda menyebutnya, karena pada dasarnya itu hanyalah satu beat. Satu groove dan apa yang anda masukan ke dalamnya. Bagi orang yang yang mau memberi istilah, well itu urusan mereka.

Pernahkah anda suatu saat merasa jenuh dan ingin berhenti….misalnya ada suatu kejadian yang membuat anda tiba-tiba ingin berhenti bermain musik ?

Belum, dan tidak pernah. Tapi saya pernah menemukan beberapa musisi mengalami hal tersebut. Sedangkan Saya, mungkin saya terlalu asyik dengan temuan nada-nada baru pada tiap hari yang saya jalani. Begitu banyak nada. Tapi bagi saya satu nadapun laksana lautan luas. Saya tidak pernah mengukur kehidupan bermusik saya dari ulasan-ulasan atau apresiasi yang diberikan oleh majalah Rolling Stone atau Billboard, atau media-media sejenis itu, oleh karenanya apapun penilaian media-media tersebut tidak punya pengaruh pada saya. Tiap hari saya mulai dengan bagaimana, saya mempunyai kesempatan untuk melakukan apa yang saya sebut “milking the cow,” berusaha untuk bermain musik. Jika saya bisa membuat saya merinding, atau membuat bulu kuduk saya berdiri, tak peduli apakah saya bermain di Macys atau tampil di Madison Garden selama tujuh hari berturut-turut.

Saya tahu ada orang-orang yang bermain di Madison Square Garden tujuh hari berturut-turut tapi mereka tidak merasa bahagia. Tapi bagi saya, hanya dengan menyadari Tuhan menganugerahi saya bahasa musik ini dan apa yang telah saya lakukan sejauh ini—itu sudah membuat saya merasa bersyukur. Hal yang saya rasakan ini sesuatu yang tak bisa dinilai dengan uang. Orang kayapun belum tentu bisa membelinya. Perasaan ketika kita memasukan jiwa dalam nada. Mata kita akan terpejam dan perasaan kita melayang. Ibu saya pernah berucap : “ Apa sesungguhnya yang terjadi pada kalian, ketika kalian terlihat seperti itu ?” Itu ia cetuskan ketika ia sedang menonton pertunjukan Pattie LaBelle bersama saya pada suatu kesempatan. Maka sekali lagi wajar jika saya merasa bersyukur. Fakta bahwa saya bisa duduk-duduk menikmati, mengapresiasi karya-karya Miles Davis, Wayne Shoorter, John Coltrane—itu juga membuat saya merasa bersyukur. Banyak orang yang tidak merasakan anugerah kemampuan mendengar. Bahkan banyak musisi besar yang tidak memiliki kemampuan untuk mendengar. Untuk saya, rasa syukur yang saya rasakan tersebut, cukup untuk menjadi motivasi bagi diri saya untuk bangun pagi dan berkata : Mmm apa yang akan saya lakukan hari ini.?

Anda sebaiknya tahu apa itu musik sungguhan dan musik asal jadi. Anda memutarnya saat ini, tapi lain kali tidak, karena membosankan. Namun coba anda putar sekarang lagu apa saja dari Horrace Silver atau Lee Morgan, terdengar tetap segar. Itulah kriteria sebuah good music, di dalamnya terkandung kualifikasi musik klasik. Dan ngomong-ngomong tentang musik klasik saya telah melakukan kontak dengan beberapa grup symphoni untuk bisa main mengiringi John Lee Hooker, Milton Ascimento, Armando Fransisco, Quincy Jones, Santana; Masing-masing kita membawakan satu lagu dan diiringi oleh symphony. Saya yakin pasti ada grup symphony yang mau mengiringi John Lee Hooker bermain blues dan cello-cellonya membunyikan “ba ba ba.” Hal-hal seperti ini menggairahkan saya, betul-betul menggairahkan untuk meletakan Musik Orang Amerika—basic dari Musik orang Amerika—pada posisi yang sama dengan musik Beethoven atau musik siapapun, karena Gershwin pernah berupaya melakukan ini, tapi mendapat tanggapan negatif dari media pada saat itu. Namun orang pada masa sekarang baru bisa merasakan keindahan karya dan kedalaman karya Gershwin. Hal seperti itulah yang menjadi tujuan saya. Tidak hanya sekedar menjual album tiap tahunnya, tapi membuat karya yang bisa menjadi alternatif tiga atau empat tahun ke depan, dari arus besar musik yang dihasilkan oleh industri musik. Apa yang terjadi dengan musik jaman sekarang, sangat memprihatinkan bagi saya maupun orang-orang seperti saya. Musik tahun 60 an kembali muncul. Film La Bamba adalah salah satu tandanya.Bukti yang lain beberapa bulan yang lalu sebuah film dengan bintang Anniette Funicello dan Frankie Avalon yang berjudul Return To The Beach ditayangkan, maka sekarang kelihatannya orang bergerak ke musik tahun 60 an. Saya betul-betul sedang menunggu hal ini, karena saya juga prihatin dengan peran media dalam mengarahkan selera musik saat ini. Beat yang sama disetiap hit. Tahun 60 an, dimata saya adalah masa yang penting, bukan untuk bernostalgia, karena saya bukanlah tipe orang yang senang bernostalgia, namun pada tahun 60 an banyak dilahirkan karya-karya yang personal. Kekuatan pribadi, tak ada lagi yang seperti itu. Hal seperti ini sangat indah, sesuatu hal yang harus selalu diingat oleh orang Amerika, karena di Amerika banyak orang konyol. Di Jepang Anda bisa membodohi mereka satu kali, tapi tidak bisa dua kali. Begitu juga di Eropa. Orang Eropa tahu lebih banyak. Saya beri anda contoh : Kapan saya memerlukan video-video musik bermutu atau video-video musik dari tokoh-tokoh musik legendaris saya selalu bisa memperolehnya dari Jepang, Eropa, Kanada atau bahkan kadang-kadang dari Australia. Yang sedang saya bicarakan adalah musisi besar asal Amerika. Anda tak akan pernah bisa mendapatkan video Muddy Waters di sini, Billy Holliday dan nama-nama seperti itu, John Coltrane, semua bisa didapatkan dari Jepang.

Sampai akhir tahun 80 an, Santana banyak bergaul dan bekerjasama dengan pemusik jazz terkemuka, namun mulai akhir tahun 80 an pula ia nampak lebih merapat kepemusik blues. Di awali dengan kerjasamannya dengan tokoh blues John Lee Hooker dalam album The Healer, kemudian masih dengan John Lee Hooker dalam album Mr Lucky. Pada tahun 2000an ia menghasilkan dua album atas namanya sendiri bekerjasama dengan pemusik-pemusik muda. Berhasil mengangkat dirinya ke area publik yang lebih luas. Namun betul ia tidak melupakan blues ia merilis box set-3 dvd Carlos Santana Presents : Blues At Mountreaux, menampilkan Boby Parker, Buddy Guy dan Clarence Gatemouth Brown dari rekaman pertunjukan ditahun 2004. Santana ngejam dengan masing-masing musisi tersebut. DVD ini dirilis pada tahun 2006 dan akan dirilis versi BLUE RAY nya pada bulan November tahun ini.
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar